Unik dan Khas Kota Pamekasan |
Pamekasan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki ciri khas tersendiri dari 3 kabupaten yang lain, mulai dari ciri khas kebudayaan, kuliner dan wisatanya. Sehingga tak jarang Kabupaten Pamekasan memiliki julukan-julukan untuk menggambarkan ke khasan Kota Gerbang Salam tersebut. Mulai dari julukan Kota Pendidikan, Kota Batik dan Kota Santri.
Ada beberapa hal unik dan khas di Kabupaten Pamekasan yang perlu anda ketahui. Berikut sajiannya.
Monumen Arek Lancor adalah monumen kebanggaan masyarakat Pamekasan, Monumen yang berada di tengah kota Pamekasan itu di apit oleh dua bangunan rumah ibadah, yakni Masjid Agung Asy Syuhada' Pamekasan yang berada di sebelah barat dan Gereja Maria Ratu Para Rasul yang berada di sebelah timur.
Monumen Arek Lancor ini merupakan simbol yang sengaja di bangun sebagai wujud penghargaan dan penghormatan bagi semua pejuang yang berjuang membebaskan Pamekasan dari penjajah Belanda kala itu. Bangunan monumen itu berbentuk lima celurit (senjata khas Madura) yang berdiri tegak, lima kobaran itu berbentuk kobaran api yang saling berhadapan dan terdapat ujung runcing yang mengarah keatas.
Di sekitar monumen bisa ditemukan taman kota yang kerap di jadikan tempat berkumpul, bermain, atau sekedar menghabiskan waktu bersantai bagi para pemuda pemudi. Lokasinya yang sangat strategis membuat Monumen Arek Lancor ini tidak pernah sepi di kunjungi. Hampir setiap event besar, acara kebudayaan maupun parade tingkat kabupaten ataupun tingkat propinsi diadakan di sekitar Tugu Arek Lancor ini.
Batik Tulis Pamekasan
Batik tulis Pamekasan memiliki motif yang unik dan melegenda, keunikannya terletak pada warnanya, yang sebagian besar berwarna merah terang dalam motif bunga atau daun. Warna klasik ini telah menjadi tren warna batik tulis Desa Klampar yang sangat melegenda. Membatik adalah sebuah kegiatan produktif bagi sebagian besar wanita disini selain bertani, kegiatan membatik merupakan pemandangan yang menjadi daya tarik tersendiri, terutama di Desa Klampar yang ditetapkan sebagai Kampung Wisata Batik di Madura oleh Pemda Pamekasan.Selain itu, pada tahun 2009 Pengrajin Batik Pamekasan berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan dengan masuk dalam Rekor MURI karena berhasil membuat kain batik tulis hingga mencapai 1.530 meter. Pemecahan rekor tersebut dilakukan secara beramai-ramai oleh pengrajin batik, kain tersebut kini dapat dilihat di Museum Umum Daerah Kabupaten Pamekasan.
Tari Topeng
Tari Topeng Gethak merupakan salah satu tari tradisi kerakyatan yang menjadi bagian dari seni pertunjukan Ludruk Sandur di wilayah Kabupaten Pamekasan. Tari Topeng Getak awalnya bernama Tari Klonoan. Tarian ini menggambarkan tokoh Prabu Bolodewo dalam lakon Topeng Dhalang Madura yang ditiru oleh masyarakat awam. Topeng Dhalang Madura saat itu dimainkan dan ditonton hanya dilingkungan keraton atau kaum bangsawan. Jarang sekali atau hampir tidak mungkin ada kesempatan bagi masyarakat awam untuk menyaksikan penampilan Topeng Dhalang tersebut.Dalam perjalanannya, Tari Klonoan ini berubah nama menjadi Tari Topeng Getak. Perubahan nama ini terjadi sejak Tahun 1980. Kemudian Pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan menetapkan Tari Topeng Getak sebagai Tari Khas Unggulan Kabupaten Pamekasan.
Tari Rondhing
Tari Rondhing adalah suatu bentuk drama tari komedi tradisional, yang menggambarkan tentang kegiatan baris-berbaris pada jaman penjajahan. Karenanya, seni tari asli Pamekasa ini, disebut juga tari baris. Ada pula yang menyebutnya tari kenca’ atau hentak, karena gerak tariannya dominan berupa gerak kaki yang dihentak-hentakkan ke lantai.
Tarian Rondhing dipentaskan oleh enam orang penari. Biasanya, tarian ini ditampilkan pada saat acara penyambutan tamu penting. Nilai filosofis yanng terkandung dalam kedua jenis tari ini, diangkat dari perjuangan masyarakat kota Pamekasan ketika melawan kompeni pada masa penjajahan Belanda dulu.
Sate Lalat
Dari segi kuliner, Kabupaten Pamekasan juga memiliki makanan unik dan khas, salah satunya adalah Sate Lalat (Lala’ dalam Bahasa Maduranya). Meskipun namanya Sate Lalat, tapi bahan yang digunakan untuk membuat sate tersebut bukanlah Lalat, melainkan daging Kambing atau Ayam yang di potong kecil-kecil. Disebut Sate Lalat karena ukurannya lebih kecil dari biasanya, karena itulah kuliner khas Pamekasan ini berbeda dengan sate pada umumnya.
Sate lalat ini dikembangkan dan dipopulerkan oleh masyarakat Pamekasan kurang lebih 27 tahun yang lalu hingga sekarang. Orang asli Pamekasan yang pertama kali mengembangkan ide Sate Lalat ini adalah Bapak Ento, dia berjualan dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti anyaman bamboo yang dipikul mengelilingi kampong-kampung.
Nasi Jhejhen
Selain Sate Lalat, Nasi Jhejhen juga termasuk kuliner yang unik dan khas Kabupaten Pamekasan. Nasi’ Jhejhen merupakan kuliner tradisional karena sajian nasinya menggunakan bungkusan dari daun pisang, sehingga aroma dan rasanya tidak berubah meski dibawa keluar kota, Nasi’ Jhejhen akan lebih nikmat jika disantap dengan menggunakan tangan.
Nasi’ Jhejhen memiliki berbagai macam lauk, seperti telur kuah petis, daging, dengdeng serundeng dan yang lainnya. Penjual Nasi’ Jhejhen mulai beraktivitas sejak pukul 05.00 WIB sampa siang hari.