Bagaimana Cara Menghargai Orang |
Kalau ditanya apa sih yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata Madura? Sebuah pulau yang tandus, panas, dan gersang. Atau orang Madura adalah suku yang keras, kasar, dan mudah tersinggung. Seperti itukah? Ya Madura memang pulau yang panas dan tandus karena secara letak geografis Madura terletak di dataran rendah, tetapi sifat keras dan kasar pastilah hanya pandangan subyektif sebagian orang yang belum mengenal Madura dari dekat.
Orang Madura seperti halnya suku atau etnis lain yang ada di Indonesia mempunyai karakter dan kepribadian yang unik. Keras dan kasar hanyalah wujud adaptasi orang Madura terhadap lingkungannya yang panas dan gersang. Tetapi dalam kehidupan sehari-harinya, orang Madura sebenarnya sangat ramah dan santun.
Sebagai contoh, cobalah anda bertamu ke rumah orang Madura. Anda pasti akan merasa diperlakukan seperti seorang raja. Karena orang Madura sangat menghormati tamu siapa pun yang datang kenal atau tidak kenal sekali pun. Tidak tanggung-tanggung orang Madura akan memberikan suguhan terbaik kepada sang tamu melebihi makanan sehari-hari yang dimakan oleh orang Madura itu sendiri.
Tidak hanya itu saja, bagi tamu yang datang dari jauh, orang Madura akan menawarkan menginap di rumahnya selama tiga hari. Setelah lebih dari tiga hari tamu tersebut akan dianggap sebagai saudara sendiri.
Kemudian dari sisi pelayanan terhadap tamu, orang Madura sangat memegang teguh prinsip sopan santun. Tamu laki-laki akan ditemui oleh tuan rumah laki-laki, dan tamu perempuan akan ditemui oleh tuan rumah perempuan. Demikian agungnya tata krama orang Madura dalam memperlakukan tamu yang bertandang ke rumahnya bukan?
Selain menghormati tamu bak seorang raja, orang Madura juga sangat menghormati orang tua. Dalam tradisi bahasa Madura ada sebuah prinsip pengabdian kepada masyarakat, yang terangkum dalam kata Bappa’—Bhabhu’—Guru—Rato yang artinya Bapak—Ibu—Guru (Kyai)—pemerintah.
Orang Madura percaya jika orang tua memiliki keberkahan tersendiri. Mematuhi orang tua berarti mematuhi perintah Allah SWT, sedangkan menentang orang tua berarti menentang perintah Allah SWT yang dapat mendatangkan bencana dalam kehidupannya. Oleh karena itu orang Madura sangat menghargai orang tuannya.
Demikian juga dengan Guru atau Kyai. Orang Madura menghormati seorang Guru atau Kyai karena tingkat kesholehan dan ketinggian ilmunya. Sebagian besar orang-orang tua di Madura yang tidak bersentuhan secara langsung dengan dunia pendidikan sering meminta saran atau pendapat dari para Kyai atau Guru yang dianggap mumpuni tentang masalah yang sedang dihadapinya.
Sedangkan Rato (pemimpin atau pemerintah) merupakan representasi atau wakil Allah SWT dalam mengelola bumi dan isinya. Secara informal para pemimpin di Madura sebenarnya sudah dipegang oleh para Guru atau Kyai yang sangat di hormati. Tidak heran jika kemudian orang Madura mendapuk seorang Kyai atau Guru yang mumpuni secara keilmuan untuk menjadi guru spiritual sekaligus sebagai pemimpin pemerintahan. Demikianlah tata krama orang Madura dalam menghormati Bappa’—Bhabhu’—Guru—Rato.
Setelah membaca uraian di atas masihkan anda berpikir orang Madura itu keras dan kasar?
Tentu hanya orang yang keras hati dan buta penglihatannya yang akan memperlakukan tamu dengan sewenang-wenang dan tidak menghormati Bappa’—Bhabhu’—Guru—Rato dalam kehidupan sehari-harinya.
Orang Madura seperti halnya manusia lain yang tidak lepas dari khilaf dan salah. Jika ada orang Madura yang berperangai keras dan kasar tentu hal itu tidak bisa disamaratakan bahwa semua orang Madura itu keras dan kasar. Jika ada orang Madura berbicara dengan suara yang keras, tentu hal itu juga tidak bisa dijadikan alat ukur untuk mengatakan bahwa orang Madura keras dan kasar.
Salah dan khilaf bukanlah suatu hal yang tidak dapat dirubah atau diperbaiki. Jika merasa diri masih berperilaku kasar dan keras maka cobalah untuk sadar dan mulai berubah untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Selamat mengenal Madura lebih dekat.
Orang Madura seperti halnya suku atau etnis lain yang ada di Indonesia mempunyai karakter dan kepribadian yang unik. Keras dan kasar hanyalah wujud adaptasi orang Madura terhadap lingkungannya yang panas dan gersang. Tetapi dalam kehidupan sehari-harinya, orang Madura sebenarnya sangat ramah dan santun.
Sebagai contoh, cobalah anda bertamu ke rumah orang Madura. Anda pasti akan merasa diperlakukan seperti seorang raja. Karena orang Madura sangat menghormati tamu siapa pun yang datang kenal atau tidak kenal sekali pun. Tidak tanggung-tanggung orang Madura akan memberikan suguhan terbaik kepada sang tamu melebihi makanan sehari-hari yang dimakan oleh orang Madura itu sendiri.
Tidak hanya itu saja, bagi tamu yang datang dari jauh, orang Madura akan menawarkan menginap di rumahnya selama tiga hari. Setelah lebih dari tiga hari tamu tersebut akan dianggap sebagai saudara sendiri.
Kemudian dari sisi pelayanan terhadap tamu, orang Madura sangat memegang teguh prinsip sopan santun. Tamu laki-laki akan ditemui oleh tuan rumah laki-laki, dan tamu perempuan akan ditemui oleh tuan rumah perempuan. Demikian agungnya tata krama orang Madura dalam memperlakukan tamu yang bertandang ke rumahnya bukan?
Selain menghormati tamu bak seorang raja, orang Madura juga sangat menghormati orang tua. Dalam tradisi bahasa Madura ada sebuah prinsip pengabdian kepada masyarakat, yang terangkum dalam kata Bappa’—Bhabhu’—Guru—Rato yang artinya Bapak—Ibu—Guru (Kyai)—pemerintah.
Orang Madura percaya jika orang tua memiliki keberkahan tersendiri. Mematuhi orang tua berarti mematuhi perintah Allah SWT, sedangkan menentang orang tua berarti menentang perintah Allah SWT yang dapat mendatangkan bencana dalam kehidupannya. Oleh karena itu orang Madura sangat menghargai orang tuannya.
Demikian juga dengan Guru atau Kyai. Orang Madura menghormati seorang Guru atau Kyai karena tingkat kesholehan dan ketinggian ilmunya. Sebagian besar orang-orang tua di Madura yang tidak bersentuhan secara langsung dengan dunia pendidikan sering meminta saran atau pendapat dari para Kyai atau Guru yang dianggap mumpuni tentang masalah yang sedang dihadapinya.
Sedangkan Rato (pemimpin atau pemerintah) merupakan representasi atau wakil Allah SWT dalam mengelola bumi dan isinya. Secara informal para pemimpin di Madura sebenarnya sudah dipegang oleh para Guru atau Kyai yang sangat di hormati. Tidak heran jika kemudian orang Madura mendapuk seorang Kyai atau Guru yang mumpuni secara keilmuan untuk menjadi guru spiritual sekaligus sebagai pemimpin pemerintahan. Demikianlah tata krama orang Madura dalam menghormati Bappa’—Bhabhu’—Guru—Rato.
Setelah membaca uraian di atas masihkan anda berpikir orang Madura itu keras dan kasar?
Tentu hanya orang yang keras hati dan buta penglihatannya yang akan memperlakukan tamu dengan sewenang-wenang dan tidak menghormati Bappa’—Bhabhu’—Guru—Rato dalam kehidupan sehari-harinya.
Orang Madura seperti halnya manusia lain yang tidak lepas dari khilaf dan salah. Jika ada orang Madura yang berperangai keras dan kasar tentu hal itu tidak bisa disamaratakan bahwa semua orang Madura itu keras dan kasar. Jika ada orang Madura berbicara dengan suara yang keras, tentu hal itu juga tidak bisa dijadikan alat ukur untuk mengatakan bahwa orang Madura keras dan kasar.
Salah dan khilaf bukanlah suatu hal yang tidak dapat dirubah atau diperbaiki. Jika merasa diri masih berperilaku kasar dan keras maka cobalah untuk sadar dan mulai berubah untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Selamat mengenal Madura lebih dekat.