[caption id="" align="aligncenter" width="376"] Gendhang[/caption]
Mungkin sebagian dari anda tidak mengenal apa itu Hadrah ?
Hadrah adalah sebuah musik yang bernafaskan Islami yaitu dengan melantukan Sholawat Nabi diiringi dengan alat tabuhan dengan alat tertentu, mungkin ketika anda telusuri hadrah itu berasal dari Kebudayaan Timur Tengah lebih tepatnya dikenal dengan Marawis di Negeri Asalnya.
Hadrah masuk ke Indonesia diperkirakan sudah agak lama dan dibawa oleh pedagang-pedagang Arab ke tanah Melayu setelah agak lama di Melayu kemudian tersebarlah ke penjuru Nusantara dengan dibawa pedagang-pedagang Arab atau Melayu dan diperkirakan sekitar Abad 18 masuklah Hadrah di Tanah Madura tepatnya di Sumenep dibawa oleh para Pedagang-Pedagang Arab dan Melayu, mereka membaur ke masyarakat sekitar dan memperkenalkan Hadrah kepada masyarakat dan secara tidak langsung Hadrah mulai dikenal oleh masyarakat sampai saat ini.
Di Sumenep Hadrah menjadi popular karena masuk di Pesantren-Pesantren yang ada di Sumenep dan uniknya lagi Hadrah di Sumenep mempunyai perbedaan tersendiri yaitu mulai dari nama alat tabuhnya sampai nama-nama pemainnya, berikut penjabaran dari nama-nama alat tabuh dan para pemain Hadrah :
Alat Tabuh Berupa Gendang dan dibagi menjadi 3 Jenis yaitu :
1. Gendhang Korbiyen
2. Gendhang Budu'en
3. Gendhang Peca'an
Dan berikut nama-nama pemainnya :
1. Hadi
Hadi adalah Orang yang melantukan Sholawat Nabi.
1. Tokang Tabbuh
Tokang Tabbuh adalah Orang yang menabuh Gendhang.
2. Tokang Ruddhat
Tokang Ruddhat adalah Orang yang betugas melakukan Ruddhat yaitu gerakan duduk dan bergerak serentak dengan irama-irama tertentu
3. Tokang Shap
Tokang Shap adalah Orang yang bertugas melakukan Shap yaitu gerakan berdiri dan bergerak dengan mengikuti irama dengan gerakan tertentu.
Hadrah biasanya terdiri dari 5 Tokang Tabbuh, 15 Tokkang Ruddhat dan 16 Tokang Shap, Hadrah di Sumenep semakin hari semakin popular dengan adanya modernisasi mulai dari kombinasi tabuhan dan kombinasi gerakan.
Hadrah biasanya diadakan ketika ada acara Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, Syukuran dan bisa juga acara rutinitas sebuah grup Hadrah tertentu misalnya 1 minggu sekali di rumah anggota grup Hadrah tersebut, dengan seperti ini Hadrah terus lestari di Sumenep dan Di Tanah Madura ini walau merupakan budaya adopsi dari Timur Tengah tapi Hadrah Sumenep masih terus lestari dengan eksistensinya? dan keunikannya tersendiri.
Mungkin sebagian dari anda tidak mengenal apa itu Hadrah ?
Hadrah adalah sebuah musik yang bernafaskan Islami yaitu dengan melantukan Sholawat Nabi diiringi dengan alat tabuhan dengan alat tertentu, mungkin ketika anda telusuri hadrah itu berasal dari Kebudayaan Timur Tengah lebih tepatnya dikenal dengan Marawis di Negeri Asalnya.
Hadrah masuk ke Indonesia diperkirakan sudah agak lama dan dibawa oleh pedagang-pedagang Arab ke tanah Melayu setelah agak lama di Melayu kemudian tersebarlah ke penjuru Nusantara dengan dibawa pedagang-pedagang Arab atau Melayu dan diperkirakan sekitar Abad 18 masuklah Hadrah di Tanah Madura tepatnya di Sumenep dibawa oleh para Pedagang-Pedagang Arab dan Melayu, mereka membaur ke masyarakat sekitar dan memperkenalkan Hadrah kepada masyarakat dan secara tidak langsung Hadrah mulai dikenal oleh masyarakat sampai saat ini.
Di Sumenep Hadrah menjadi popular karena masuk di Pesantren-Pesantren yang ada di Sumenep dan uniknya lagi Hadrah di Sumenep mempunyai perbedaan tersendiri yaitu mulai dari nama alat tabuhnya sampai nama-nama pemainnya, berikut penjabaran dari nama-nama alat tabuh dan para pemain Hadrah :
Alat Tabuh Berupa Gendang dan dibagi menjadi 3 Jenis yaitu :
1. Gendhang Korbiyen
2. Gendhang Budu'en
3. Gendhang Peca'an
Dan berikut nama-nama pemainnya :
1. Hadi
Hadi adalah Orang yang melantukan Sholawat Nabi.
1. Tokang Tabbuh
Tokang Tabbuh adalah Orang yang menabuh Gendhang.
2. Tokang Ruddhat
Tokang Ruddhat adalah Orang yang betugas melakukan Ruddhat yaitu gerakan duduk dan bergerak serentak dengan irama-irama tertentu
3. Tokang Shap
Tokang Shap adalah Orang yang bertugas melakukan Shap yaitu gerakan berdiri dan bergerak dengan mengikuti irama dengan gerakan tertentu.
Hadrah biasanya terdiri dari 5 Tokang Tabbuh, 15 Tokkang Ruddhat dan 16 Tokang Shap, Hadrah di Sumenep semakin hari semakin popular dengan adanya modernisasi mulai dari kombinasi tabuhan dan kombinasi gerakan.
Hadrah biasanya diadakan ketika ada acara Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, Syukuran dan bisa juga acara rutinitas sebuah grup Hadrah tertentu misalnya 1 minggu sekali di rumah anggota grup Hadrah tersebut, dengan seperti ini Hadrah terus lestari di Sumenep dan Di Tanah Madura ini walau merupakan budaya adopsi dari Timur Tengah tapi Hadrah Sumenep masih terus lestari dengan eksistensinya? dan keunikannya tersendiri.